Liputan Wedding Tina dan Adhi 9-10 desember 2011
Adhi merupakan salah satu temanku semasa SD dulu, sedangkan Istrinya, Tina juga salah satu kerabat keluarga besarku dari Katingan, acara ini berlangsung selama 2 hari yaitu tanggal 9 s/d 10 desember, untuk Pelaksanaan prosesi Adat dilakukan di jalan Beruk Angis tepatnya dirumah keluarga Tiel D. Ginter yaitu rumah dari orang tua Agustina (Tina), acara duhadiri oleh keluarga besar dari kedua mempelai. Adhi merupakan putra kedua dari bapak Drs. Nebo F. Bodoi dan Ibu Ritha Yulin Sinta Binti (alm) kemudian acara pemberkatan dan peneguhan nikah serta catatan sipil dilaksanakan di gereja getsemani yang terletak di jalan Temanggung Jayakarti, tampak hadir teman kami semasa SD juga waktu itu Alex dan Istrinya. kemudian acara Resepsi dilanjutkan kembali di rumah mempelai wanita.
Rabu, 14 Desember 2011
Kamis, 08 Desember 2011
Kerusuhan Sampit
untuk perspektif yg berbeda lihat
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1258061
Kerusuhan Sampit dengan korban ratusan jiwa ternyata hanya bermula dari perkelahian siswa SMK di Baamang. Perkelahian itu melibatkan anak warga Dayak dan Madura.
Perkelahian siswa itulah, yang kemudian memicu konflik antarkeluarga,
antaretnis, hingga pembantaian sampai pengusiran puluhan ribu warga
Madura. Anak polah, bapa kepradah. Pepatah Jawa yang berarti anak
berbuat, orang tua ikut terlibat ini terjadi atas diri keluarga Matayo.
Warga asal Madura yang sudah lama tinggal di Baamang, Sampit, ini tak
terima anaknya berkelahi dengan anak warga Dayak. Tapi, keterlibatan
Matayo atas perkelahian anaknya ini malah memicu kegeraman warga dayak.
Lalu, dibuatlah perhitungan.
Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 (18 Februari) sekelompok pemuda Dayak menyerang dan membunuh Matayo. Tiga orang anggota keluarganya ikut tewas. Itu versi warga Madura. Versi warga Dayak agak berbeda lagi. Mereka bilang, eksekusi terhadap Matayo dan keluarganya terjadi karena yang bersangkutan sering melakukan tindak kriminal. Warga setempat pun jengkel karena sering dirugikan. Hanya empat jam, eksekusi Dayak terhadap Matayo ini menyebar.
Warga Madura tak bisa menerima. Sejumlah warga pendatang ini lantas menyatroni Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak, Seruyan Tengah, untuk membalas dendam. Lengkap dengan berbagai senjata, warga Madura ini minta Iniel menyerahkan pembunuh Matayo yang bersembunyi di rumahnya. Mereka mengancam akan membakar kalau pelaku tidak diserahkan.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1258061
Kerusuhan Sampit dengan korban ratusan jiwa ternyata hanya bermula dari perkelahian siswa SMK di Baamang. Perkelahian itu melibatkan anak warga Dayak dan Madura.
Ilustrasi |
Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 (18 Februari) sekelompok pemuda Dayak menyerang dan membunuh Matayo. Tiga orang anggota keluarganya ikut tewas. Itu versi warga Madura. Versi warga Dayak agak berbeda lagi. Mereka bilang, eksekusi terhadap Matayo dan keluarganya terjadi karena yang bersangkutan sering melakukan tindak kriminal. Warga setempat pun jengkel karena sering dirugikan. Hanya empat jam, eksekusi Dayak terhadap Matayo ini menyebar.
Warga Madura tak bisa menerima. Sejumlah warga pendatang ini lantas menyatroni Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak, Seruyan Tengah, untuk membalas dendam. Lengkap dengan berbagai senjata, warga Madura ini minta Iniel menyerahkan pembunuh Matayo yang bersembunyi di rumahnya. Mereka mengancam akan membakar kalau pelaku tidak diserahkan.
Penelusuran lengkap sejarah Pertikaian Sampit, Asal Mula kerusuhan Sampit[KALTENG]
Kerusuhan yang terjadi di Sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa kerusuhan yang terjadi oleh etnis
Madura yang sejak berdirinya Kalimantan Tengah telah melakukan lebih dari 16 (enam belas) kali kerusuhanbesar dan banyak sekali kerusuhan kecil yang banyak mengorbankan warga non Madura. Beberapa catatan hal
tersebut antara lain (di kutip dari Buku Merah: Konflik Etnik Sampit, Kronologi Kesepakatan Aspirasi
Masyarakat, Analisis, Saran; Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak dan Daerah Kalimantan Tengah
(LMMDDKT); Tahun 2001).
Tahun 1972 di Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.
Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan atas
Langganan:
Postingan (Atom)